Pelemahan Rupiah Mampu Tekan Impor untuk Jangka
Panjang
Kepala
ekonom dari Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan mengatakan bahwa pelemahan
nilai tukar rupiah terhadap impor tidak bisa berdampak dalam jangka pendek.
Sebab, pelaku usaha sudah terikat dalam kontrak bisnis."Pelaku usaha tidak mungkin bisa langsung memangkas impor ketika melihat nilai tukar melemah. Mereka kan sudah terikat kontrak untuk memenuhi kebutuhannya," ujar Fauzi saat dihubungi, Kamis (21/11).
Ia menyebutkan bahwa pengaruhnya baru terasa dalam jangka menengah panjang yakni 6 bulan ke atas. Kala itu, pelaku usaha (importir) melakukan kontrak baru.
Akan tetapi, nilai tukar lantas tidak bisa dibiarkan melemah. Sebab, kondisi tersebut berdampak negatif terhadap perekonomian nasional. "Pelemahan nilai tukar akan meningkatkan kembali inflasi. Saat harga barang-barang melonjak naik tinggi, daya beli masyarakat akan tertekan. Dampaknya kemiskinan bertambah," terang Fauzi.
"Saat melihat daya beli masyarakat menurun, pelaku usaha tentu akan menurunkan investasinya, jika investasi menurun maka penciptaan lapangan kerja baru berkurang. Pengangguran meningkat," tambah dia.
Menurut Fauzi, pergerakan nilai tukar harus ditahan. Sebab, apabila nilai tukar rupiah menyentuh pada level psikologis baru yakni 12.000 per dolar AS, akan memberi sentimen negatif pada investor. "Para pemilik valas akan semakin tidak mau menukarkan valasnya ke dalam rupiah. Karena nilai tukar menurun," pungkas dia.
Sesuai hasil kajian terkini MPKP FEUI (16/11/2013), pelemahan nilai tukar terhadap memberi dampak pada impor. Setiap 1% pelemahan rupiah akan membawa peningkatan nilai impor sebesar 0,5%.
Ketua Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia, Tellisa Aulia Falianty mengungkapkan pelemahan nilai tukar rupiah tidak bisa langsung menekan impor. Pelemahan nilai tukar ini membutuhkan rentang waktu 8-12 bulan.
"Apabila rupiah melemah, yang berkurang adalah kuantitasnya. Tapi dari sisi nilai justru naik. Kalau rupiah terus dibiarkan melemah, bisa jadi pelaku usaha akan kurangi impor. Tapi kondisi ini kan butuh waktu yang panjang" tandasnya.
Ia melihat pelemahan nilai tukar rupiah dalam jangka pendek ini akan memberikan dampak negatif terhadap sektor riil dan pasar uang. "Saya harapkan ada cara (respon) untuk menjaga nilai tukar. Bisa dari sisi fiskal," tutur dia. Ia menegaskan bahwa instrumen BI rate yang digunakan BI kemarin tidak efektif dalam memperkuat nilai tukar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar